Istiqomah Patiently

          Istiqomah itu susah tapi menyenangkan jika sabar dalam menjalaninya maka kita akan merasakan nikmatnya. Seringkali seseorang tak sabar dalam menghadapi segala apapun yang menimpanya, sehingga membuat mereka mengeluh, putus asa dan pada akhirnya mereka menggerutu kepada Tuhan. Bilang Tuhan tak adil lah, Tuhan tak sayang pada saya lah, kenapa Tuhan 

menguji saya padahal saya sudah beramal sholeh, dll. Lantas, seorang nabi, para wali dan orang-orang sholeh tak di uji oleh Allah. Justru, ujian mereka lebih berat karena Allah sungguh mencintai-Nya. Semakin Allah mecintai hamba-Nya maka semakin beratlah ujian yang diberikan kepada hamba-Nya. Jika seorang hamba mengetahui nikmat dibalik ujian tersebut mereka pasti akan bersabar dan ikhlas menerimanya bukan dengan berkeluh kesah dan putus asa. 

Sabar sebenarnya ringan asalkan kita istiqomah dalam menjalaninya. Kita mampu jika bersungguh-sungguh dan bisa karena terbiasa. Ibarat seekor ayam yang bertelur dan menunggu sampai anaknya menetas, dia rela menunggu dan sabar siang malam bahkan berjam-jam mengengkrami telurnya tersebut. Kalau induk tersebut tak sabar menunggu, apakah mungkin telur-telur itu dapat menetas? Tentu saja tidak. Dan apakah mungkin induk ayam tersebut akan mematuk telurnya tersebut? Tentu, tidak juga, yang ada telur itu malah pecah.

Dalam kesabaran akan lahir kebijaksanaan, baik itu bijaksana dalam bersikap, bertuturkata dan bijaksana dengan apapun keadaan. Hal itu, lahir dari kesabaran, jikalau orang tidak sabaran maka hal itu akan terlihat dari cara dia bersikap yang mudah berubah-ubah, dikit-dikit marah, dikit-dikit senang dan lain sebagainya. Bertuturkata yang gampang banget ngegasan sebelum memahaminya (btw kadang-kadang saya juga gitu kok.. hihi), menyimpulkan perkataan orang lain sebelum tahu alasannya. Kemudian tidak sabaran dalam keadaan, maka ia akan mudah sekali berkeluh kesah sebelum berusaha dengan keras untuk mencapai tujuannya. 

Sabar itu tanpa batas, tetapi hanya-hanya orang yang lemah yang membatasi kesabaran itu sendiri, bahkan kita tidak asing dengan kata “sabarku sudah habis, sabarku terbatas, dan lain sebagainya”. Padahal sabar adalah kekuatan terbesar dari apapun, dan dari sabar itulah lahirlah sebuah karya. Berapa banyak karya ulama’-ulama’ ataupun para ilmuan zaman dahulu yang mampu mengarang kitab-kitab dan buku-buku yang hingga kini menjadi sumber rujukan para pencari ilmu. Dan karya-karya itu pun, tentu saja membutuhkan waktu yang lama, kesabaran dan ketekunan setiap waktu. Menulis, meneliti atau mengoreksi, kemudian memperbaiki, agar menjadi karya yang bermanfaat untu ummat sepanjang masa. Andai saja beliau-beliau tidak sabar dalam hal itu, tentu saja karya-karya itu tidak akan pernah terbentuk. 

So, be patient with istiqomah akan melahirkan sebuah karya dan gagasan-gagasan baru sehingga jadilah buku, yang memberikan kesegaran bagi mereka yang haus akan ilmu-ilmu baru.

Komentar